Menu
 


AKU TUNGGU KAMU DI KEABADIAN


One.. two.. three.. four..!!! Alarm Nathan berbunyi. Ia langsung berlari kearah kamar mandi. Seperti biasa, ia mengendarai mobilnya sendiri untuk berangkat ke sekolah. Nathan adalah seorang cowok yang sangat terkenal di sekolahnya. Ia siswa kelas 11 yang cukup pintar dan memiliki paras tampan akan tetapi memiliki sifat jahil. Ia disukai oleh banyak wanita. Ia juga mempunyai musuh bebuyutan sejak kelas 10 namanya Stella. Stella mulai bermusuhan dengan Nathan karena Nathan pernah memasukkan kodok kedalam tas Stella.
Suatu saat disekolah, tanpa sengaja ia menabrak Stella

brukkkk’“Aduh, kalo jalan pake mata dong!!” bentak Stella
“Eh buset galak amat, heh dimana mana jalan tu pake kaki bukan pake mata!!” sahut Nathan
 “Terserah!!” jawab Stella ketus sambil meninggalkan Nathan.
Nathan langsung menuju kedalam kelas.
Tiba di kelas “Ngapain lu pagi-pagi mukanya udah ditekuk? Berantem sama Stella lagi ya? Hahaha” ejek Samuel ke Nathan
“Iyee, pagi-pagi udah kena semprot gara-gara nggak sengaja nabrak dia” jelas Nathan
“Ati-ati lu keseringan berantem jadi suka sama Stella” jawab Samuel
“Gue? Naksir sama tuh cewek? Lu gila? Kapan lu liat kita berdua akur?” sahut Nathan.
Stella pun masuk kedalam kelas kebetulan Nathan dan Stella sekelas. Teman-teman mereka sudah hafal tempat duduk mereka tidak pernah berdekatan. Stella selalu duduk dibagian depan dan Nathan selalu duduk dibarisan ketiga. Dulu pernah mereka duduk berdekatan alhasil mereka terus bertengkar dan dihukum guru untuk hormat ketiang bendera sampai pelajaran pertama selesai.
Pada suatu hari sekolah mereka mengadakan camping untuk seluruh siswa kelas 11. Mereka menuju ke tempat camping dengan kendaraan bus, tempat duduk dibus diatur oleh guru. Sepertinya hari itu adalah hari kesialan untuk Nathan dan Stella karena mereka berdua duduk dibangku yang bersebrangan. Sepanjang perjalanan mereka berdua selalu membuang muka. Sampai tibanya di tempat camping seluruh murid mendirikan tenda. Dan ternyata tenda Nathan dan Stella bersebrangan lagi, mereka membujuk temannya agar mencari tempat lain untuk mendirikan tenda, akan tetapi teman mereka menolak dengan alasan ini adalah tempat yang cocok.
“Sam gue jadi males ikut kegiatan ini” kata Nathan ke Samuel
“Kenape bro? bukannya ini kegiatan yang elu tunggu-tunggu?” Tanya Samuel
“Iye sih, tapi kenapa tenda kita mesti bersebrangan sama tendanya cewek rese sih” jawab Nathan
“Cewek rese? Stella maksud lu?” Tanya Samuel lagi.
“Ya iya lah siapa lagi coba” balas Nathan
“Eh bro gua saranin deh lu jangan terlalu benci sama Stella, nanti lu jadi suka sama dia” kata Samuel
“Ah elu dari dulu cuma ngomongin gitu aja, nggaklah masak iya gue sama cewek kek gitu” jawab Nathan.
Karena hari sudah mulai malam mereka segera beristirahat dan melanjutkan kegiatan besok. Keesokan harinya, mereka melakukan kegiatan mencari jejak. Seluruh siswa berkumpul untuk pembagian kelompok dan ternyata Nathan satu kelompok dengan Stella.
“Pak bisa tuker kelompok nggak?” Tanya Nathan ke guru
“Tidak bisa!” jawab guru itu dengan tegas
“Sekarang semuanya menuju kelompok masing-masing” perintah guru pembimbing.
“Ah sial, kenapa sih mesti sama cewek itu lagi” gerutu Nathan dalam hati.
Kelompok Nathan adalah Stella, Samuel, dan Beby. Mereka mulai kegiatan mencari jejak, dan pergi kesungai. Saat perjalanan entah kenapa Samuel begitu asik sendiri dengan Beby tanpa memperdulikan Nathan dan Stella.
Tiba-tiba Stella menjerit lalu memeluk Nathan “Aaaaaaaa!!!”
“Ada apa?” Tanya Nathan panik.
Samuel dan Beby menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang “Ada apa Stell?” Tanya Beby panik
“Itu.. ular!!”, sambil menunjuk kearah pohon.
Nathan, Samuel dan Beby langsung melihat kearah pohon
“Heh, itu ranting bukan uler!!” Kata Nathan.
Stella pun melepaskan pelukannya. “Cieee Nathan sama Stella cieee” ejek Beby. Entah kenapa muka keduanya memerah.
“Ih kamu nyari kesempatan ya!!” kata Stella ke Nathan
“Siapa yang nyari kesempatan coba? Orang elu sendiri yang tiba-tiba meluk gua” sahut Nathan.
“Udah-udah jangan ribut mulu” kata Beby berusaha melerai.
Mereka semua melanjutkan perjalanan. Sesekali Nathan melirik Stella yang berjalan disampingnya. “Entah kenapa gue ngerasa ada yang beda sama dia, apa mungkin.. Ah mikir apa sih gue” kata Nathan dalam hati.
Tanpa sengaja saat Nathan melirik, Stella mengetahuinya
“Ngapain kamu lirik-lirik!!” kata Stella
“Eng..Enggaakkk” jawab Nathan. “Sam, kira-kira masih jauh nggak?” Tanya Nathan ke Samuel
“Enggak kok kira-kira masih 500 meter lagi” jawab Samuel.
Di tengah perjalanan mereka menemukan jalan menanjak dan lumayan licin. Saat melewati jalan ini Nathan membatu Stella.
“Eh, Sam tumben banget mereka akur” kata Beby ke Samuel dengan sedikit berbisik
“Iya ya.. tapi biarin aja deh. Yang penting nggak ngerepotin kita” jawab Samuel.
Setelah beberapa saat berjalan, “Akhirnya sampai juga disungai!!” kata Nathan dengan nada lega
“Wah bagus banget ya, airnya jernih udaranya sejuk!!” kata Beby kegirangan.
Mereka bertemu dengan teman-temannya lagi. Semua tampak senang bermain air, akan tetapi Stella memilih duduk di batu samping sungai daripada ikut bermain. Nathan melihat Stella dari kejauhan duduk sendiri, akhirnya Nathan menghampiri Stella
“Sendirian aja” kata Nathan ke Stella sambil mencipratkan air ke muka Stella
“Apa sih kamu!” jawab Stella sambil mengalihkan pandangannya
“Yee malah marah, eh disini itu buat seneng-seneng bukan buat marah-marah” kata Nathan dengan nada menggoda
“Iya.. iya..” jawab Stella pasrah.
“Kenapa lo nggak ikutan main?” Tanya Nathan
“Enggak, aku baru males main air. Kamu sendiri ngapain juga ikut kesini?” Stella berbalik tanya
“Nggak papa sih” jawab Nathan singkat “Eh, beneran lo nggak mau ikut main?” sambungnya
“Enggak, kalo kamu mau main ya udah sana” kata Stella
“Enggak juga, gue mau nemenin lo aja disini” jawab Nathan
“Tumben banget baik sama aku” balas Stella
“Capek tau berantem mulu sama lu” jawab Nathan.
Saat mereka berdua mengobrol Samuel melihatnya “Beby, lihat deh Nathan sama Stella”
“Tumben banget sih, ada apa ya sama mereka” jawab Beby
“Baru tobat kali, hahhaaha” balas Samuel dengan bercanda “Ya udahlah, ngapain ngurusin mereka, main lagi yuk” sambung Samuel
“Ayo” jawab Beby.
Waktu menjelang sore, mereka kembali ke tenda masing-masing untuk persiapan pulang besok pagi. Sebelum pulang mereka mengadakan acara api unggun, semua murid berkumpul dan bercanda. Semua menikmati keindahan malam itu.
“Kenapa acaranya cepet banget ya, bro” kata Nathan ke Samuel
“Dulu bilangnya males, sekarang bilangnya cepet. Labil banget sih lu” jawab Samuel “Bro, akhir-akhir ini lu nggak berantem lagi sama Stella lu suka ya sama dia? Haha” sambung Samuel sambil bercanda
“Gue juga nggak tau bro perasaan gue gimana sama dia” jawab Nathan singkat
“Kenapa nggak lu tembak aja si Stella bro? Secara elukan udah lama jomblo” saran Samuel
“Gue takut kalo gue ditolak” jawab Nathan
“Yaelah bro bro, kenapa mesti takut ditolak? Elukan belum nyoba” kata Samuel
“ Ntaran aja deh, Eh tumben lu ngomongnya bisa pinter gitu, emang lu udah punya pacar? HAHA” Tanya Nathan seperti meremehkan
“udahlah gue gitu” jawab Samuel dengan nada sombong
“Serius lu? Siape?” tanya Nathan lagi
“Beby, tadi disungai gue tembak dia. Eh langsung diterima hahaha” jawab Samuel bangga.
“Kasihan Beby punya pacar kayak singkong gini” balas Nathan
“Bangke lu” sahut Samuel dengan muka datar.
Hari semakin larut, acara api unggun juga sudah selesai. Semua murid kembali tidur untuk pulang besok pagi. Keesokan harinya semua pulang dengan menggunakan bus yang sama akan akan tetapi Stella tidak ikut dengan bus kelasnya. Saat perjalanan pulang Nathan mulai memikirkan perkataan sahabatnya tadi malam untuk segera menembak Stella,
“Ada benernya juga kata Samuel tadi malem, akhir-akhir ini kayaknya gue ngerasa ada yang beda sama Stella apa mungkin gue beneran suka ya sama dia” kata Nathan dalam hati.
Ketika bus sampai di sekolah semua murid bergegas untuk kembali kerumah masing-masing. Hari berganti hari, sudah satu minggu Nathan tidak bertengkar dengan Stella malah menjadi teman dekat.
“Sekarang gue liat, lu nggak berantem lagi sama Stella bro. Lu beneran suka sama Stella?” tanya Samuel
“Iya bro, besok gua mau nembak Stella, hehe” jawab Nathan
“Asikkkkkk, jangan lupa traktir gua yaa. Hahaha” kata Samuel
“Siaaaappppp. Hahaha” balas Nathan
Dan akhirnya pada keesokan harinya, Nathan mengajak Stella ke danau di halaman belakang sekolah. Danau tersebut adalah tempat favorit murid di sekolah Nathan dan Stella karena masih terlihat indah.
“Stella? Aku boleh ngomong sesuatu nggak?” Tanya Nathan
“Boleh, ngomong aja” jawab Stella
“Aku.. Aku suka sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku?” Nathan mengungkapkan isi hatinya.
Stella hanya diam dan menunduk seakan tidak percaya dengan perkataan Nathan dan akhirnya....
"Maaf aku nggak bisa, aku udah jadian sama Raka” jelas Stella.
Mendengar jawaban Stella, Nathan terlihat sangat kaget dan bertanya “Sama Ra.. Raka? Sejak Ka.. Kapan?”
“Sejak pulang dari camping seminggu yang lalu” tambah Stella
“Oh.. Ya..ya udah, a..aku ke kelas dulu ya” jawab Nathan lirih.
Nathan merasa hatinya benar benar kacau mulai dari saat itu. Dia lebih sering melamun seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Samuel bingung dengan sikap sahabatnya yang akhir-akhir ini menjadi pemurung
“Bro, la u kenapa akhir-akhir ini kayak orang kagak punya semangat hidup?” Tanya Samuel
“Semangat gue ilang” jawab Nathan datar
“Ilang kenape?” Tanya Samuel lagi
“Stella udah punya pacar bro!! lo tau kagak ini sakit sakit sakit!!” jawab Nathan dengan menunjuk hatinya
“Mungkin ini karma akibat dulu lu terlalu benci sama Stella. Tapi lu nggak bisa begini terus bro” Samuel mencoba memberi semangat kepada Nathan. “Eh bro, lu mimisan? Lu sakit ya?” tanya Samuel sedikit panik
“Gue nggak papa kok” jawab Nathan sambil mengusap hidungnya.
Nathan pun pergi meninggalkan Samuel. Ia menuju ke kamar mandi setelah itu pulang. Di jalan pulang Nathan mampir ke taman kota untuk sekedar mencari pencerahan. Saat Nathan berkeliling taman dia seperti melihat Stella duduk sendiri di taman. Meskipun hati nya masih hancur dia memberanikan diri mendekati Stella yang duduk sendiri.
“Stella?” sapa Nathan dengan lirih
“Eh Nathan” jawab Stella sambil mengusap air matanya
“Kamu nangis? Kenapa?” Tanya Nathan
“Raka selingkuh Nat” jelas Stella sambil kembali meneteskan air mata
“Udah kamu jangan nangis lagi, nanti cantiknya ilang loh” hibur Nathan sambil menghapus air mata Stella “Daripada sedih ikut aku aja yuk” sambung Nathan
“Kemana?” Tanya Stella
“Udah ikut aja” jawab Nathan sambil tersenyum lalu menggandeng tangan Stella.
Nathan mengajak Stella ke mall untuk menghilangkan rasa sedihnya. Mereka berdua bermain, nonton film, dan makan.
“Udah ilangkan sedihnya?” Tanya Nathan sambil tersenyum
“Udah, makasih ya Nat” jawab Stella membalas senyum. “Eh, pulang yuk udah malem nih” sambung Stella. Nathan pun mengiyakan ajakan Stella.
Sampai di depan rumah Stella.
“Makasih ya nat” kata Stella
“Sama-sama, sekarang kamu istirahat ya, udah nggak sedih lagikan? Aku langsung balik aja ya” jawab Nathan. Stella hanya melempar senyum.
Sesampainya dirumah Nathan.
“Darimana saja kamu?” tanya Orang tua Nathan dengan sedikit agak marah
“Habis main sama temen” jawab Nathan datar
“Kamu taukan kamu itu harus banyak istirahat!” Kata Orang tuanya
“Mah, aku tau aku sakit. Tapi aku juga butuh hiburan” kata Nathan sambil menuju ke kamar
Sifat orang tua Nathan menjadi lebih protective semenjak mereka mengetahui bahwa Nathan mengidap penyakit Leukimia. Mereka baru menyadarinya sekitar 1 minggu yang lalu. Semenjak tau hal itu juga Nathan sering murung ditaman belakang rumahnya. Dia tidak ingin teman-temannya mengetahui kalau sebenarnya dia sakit.
Keesokan harinya adalah hari minggu, Nathan memutuskan untuk pergi ke danau mencari ketenangan hati. Sesampainya di danau tanpa sengaja ia melihat Stella sedang di ganggu oleh Raka dan teman temannya, lalu Nathan menghampiri mereka.
“Sampai Stella lecet dikit aja, lu semua berhadapan sama gue” kata Nathan
Setelah mengetahui ada Nathan, Raka dan teman temannya langsung kabur mereka takut akan menjadi bulan bulanan Nathan.
“Kamu nggak papa?” tanya Nathan
“Aku nggak papa kok, kamu ngapain ke sini?” Stella berbalik tanya
“Jalan jalan aja, kamu sendiri ngapain ke sini?” jawab Nathan sambil berbalik tanya lagi
“Sama, ya udah kita kesitu yuk” kata Stella sambil menunjukkan samping danau.
Lalu mereka duduk disamping danau, suasana disekitar masih sepi. Mereka terdiam cukup lama, tidak mengobrol sama sekali.
“Aku nyesel banget dulu nggak nerima kamu Nat, seandainya kamu nembak aku sekarang pasti aku bakalan langsung nerima kamu nat” kata Stella dalam hati.
“Gue nggak mungkin nembak Stella lagi, gue nggak mau liat dia sedih nanti, tapi gue masih cinta sama dia” kata Nathan dalam hati juga.
Dan akhirnya Nathan mencoba mencairkan suasana.
“Stel, kamu udah sarapan?” tanya Nathan
“Belum, kamu?” jawab Stella berbalik tanya
“Belum juga, yaudah kita sarapan dulu yuk” ajak Nathan
“Ya udah, ayo” jawab Stella
Nathan mengajak Stella untuk makan pagi. Walaupun hanya di warung pinggir jalan akan tetapi masakannya bisa menyaingi restoran mahal.
“Udah kenyang kan?” tanya Nathan
“Udah” jawab Stella singkat sambil tersenyum
“Sekarang aku anter kamu pulang ya” kata Nathan
Stella pun mengiyakannya ajakan Nathan. Semenjak hari itu Nathan dan Stella semakin bertambah dekat, lebih dekat dari sebelumnya. 3 bulan berlalu, selama itu Nathan berjuang bertahan dari penyakitnya. Walaupun beberapa hari Nathan sempat tidak masuk sekolah tanpa alasan. Nathan merasa penyakitnya bertambah parah seiring bergantinya hari.
Suatu hari, setelah pulang sekolah, Nathan pergi ke danau walaupun cuaca mendung dan duduk disamping danau belakang sekolah, Stella melihat Nathan sendiri lalu menghampirinya.
“Hai nat, ngapain sendirian disini?” tanya Stella sambil duduk di sebelah Nathan
“Eh kamu, nggak ngapa-ngapain sih” Jawab Nathan kemudian mereka terdiam sejenak
“Nat, kamu masih inget nggak, ditempat ini kamu pernah bilang kalo kamu mau jadi pacar aku, tapi aku tolak gara-gara aku udah punya pacar” kata Stella sambil tersenyum kecil melihat danau
Nathan masih terdiam, lalu …“Stel, sebenernya aku.. aku udah punya pacar” kata Nathan
Mendengar perkataan Nathan, Stella sangat terkejut dan meneteskan air mata. Tanpa berkata lagi Stella langsung berlari meninggalkan Nathan. Dia sangat sedih dan merasa kecewa.
“Jadi arti perhatian kamu selama ini apa Nat” Stella bertanya tanya dalam hati. Air matanya terus mengalir.
“Stella pasti marah sama gue” kata Nathan dalam hati.
                Akhirnya hujan pun turun, Nathan yang duduk di pinggir danau masih terdiam. Sampai akhirnya dia berdiri dan menuju mobilnya. Lalu pulang.
Sesampainya dirumah.....
“Nathan muka kamu pucat sekali” kata ibunya panik.
“Aku nggak apa-apa kok mah” jawab Nathan.
Baru beberapa langkah melewati ibunya dia jatuh pingsan. Orang tuanya langsung membawanya ke rumah sakit.
Setelah hari itu  Nathan menghilang tanpa kabar, Stella memang marah tapi dia khawatir dengan keadaan Nathan. 2 hari Nathan tidak sadarkan diri dan dirawat di rumah sakit. Akhirnya orang tua Nathan memutuskan untuk mengabari keadaan Nathan kepada Samuel. Samuel sangat terkejut mengetahui keadaan sahabatnya seperti itu, dia tidak menyangka sama sekali jika Nathan mengidap penyakit yang sudah sangat parah. Setelah Nathan sadarkan diri orang tuanya langsung memberitahu Samuel. Lalu Samuel bergegas pergi kerumah sakit.
“Bro, gimana keadaan lu?” tanya Samuel
“Kok lu bisa tau gue ada disini?” Nathan berbalik tanya
“Nyokap lu ngasih tau gua” jawab Samuel
“Tapi lu nggak ngasih tau Stella kan?” tanya Nathan lagi
“Kagak, kenapa sih lu nggak pernah bilang kalo lu itu sebenernya sakit?” tanya Samuel
Namun Nathan hanya terdiam. Lalu mengalihkan topik pembicaraan.
“Stella gimana bro di sekolah?” tanya Nathan
“Dia jadi pendiem bro, semenjak nggak ada lu. Tapi anehnya dia nggak nanyain lu ke gua” jelas Samuel heran
“Mungkin dia marah sama gue” jawab Nathan
“Marah kenapa?” tanya Samuel
“Waktu terakhir gua masuk sekolah, gue bilang ke dia kalo gue udah punya pacar” jelas Nathan
“Apa? Kenapa lu bilang gitu?” tanya Samuel sedikit kaget
“Gue nggak mau liat dia sedih bro, lebih baik kalo liat dia marah daripada liat dia sedih gara-gara tau keadaan gue kayak gini” jawab Nathan
“Lo yang sabar ya bro” kata Samuel.
“Eh, bro tolong ambilin kertas sama bolpoin diatas kulkas itu” pinta Nathan
                Samuel mengambilkannya. Nathan langsung menuliskan sesuatu dikertas itu. Tiba-tiba….
“Bro lu mimisan lagi! Gua panggilin dokter ya” kata Samuel
“Eh tunggu bro, tolong kasihin ini ke Stella kalo gue udah nggak ada” pinta Nathan lagi
“Ngomong apa sih lu! Lu pasti kuat!” tanpa basa basi lagi Samuel meninggalkan Nathan dan memanggil dokter.
                Saat dokter tiba di ruang dimana Nathan dirawat, Nathan tidak sadarkan diri. Satu jam Samuel dan Orang tua Nathan menunggu, dan akhirnya dokter pun keluar.
“Dia kritis” jelas dokter dengan nada pasrah
                Orang tua Nathan menangis mengetahui anak mereka sedang kritis. Samuel merasa Stella harus mengetahui keadaan Nathan saat ini.
Stel, lu buruan ke rumah sakit Harapan di kamar nomor 48, kalo lu nggak dateng,mungkin lu nyesel” Samuel mengirim pesan sms.
                Setelah membaca sms dari Samuel, Stella langsung berangkat kerumah sakit. Sesampainya dirumah sakit ia menuju ke kamar 48. Di depan kamar terlihat Samuel.
“Ngapain sih kamu nyuruh aku dateng kesini?” tanya Stella ke Samuel
“Liat tuh” jawab Samuel dambil memberi kode untuk melihat jendela kamar.
“Nathannn” kata Stella kaget. “Kenapa dia bisa kayak gitu?” tanya Stella mulai panik
“Dia…dia sakit Leukimia” jelas Samuel sambil menundukkan kepala.
“Apa?!” Stella meneteskan air mata “Kenapa sih kamu nggak pernah ngasih tau soal ini?” tanya Stella sambil menangis
“Nathan nggak mau lu tau kalo dia sakit leukimia” jawab Samuel
                Air mata Stella kembali menetes mendengar penjelasan dari Samuel. Stella seakan masih tidak percaya mengetahui keadaan Nathan.
“Oh iya, dia sebenernya bohong kalo dia udah punya pacar, katanya dia lebih milih liat lu marah daripada lu sedih tau kondisi Nathan yang kayak gitu” tambah Samuel. Air mata Stella semakin menjadi-jadi.
                Sementara itu di dalam kamar rawat Nathan kedua orang tuanya menangis. Dan berharap agar Nathan memiliki umur yang panjang. Stella dan Samuel lalu masuk ke dalam kamar rawat Nathan. Beberapa jam Stella, Samuel dan kedua orang tua Nathan menunggu Nathan sadar dan akhirnya Nathan pun sadar. Orang tuanya pun langsung bergegas memanggil dokter.
“Pah, nggak usah panggil dokter” pinta Nathan dengan sangat lirih. Ayahnya pun tidak jadi memanggil dokter.
“Stella, kamu kok bisa ada disini?” tanya Nathan.
“Kamu kenapa sih nggak pernah cerita ke aku kalo kamu sakit?” Stella berbalik tanya dan menangis
Nathan hanya tersenyum “Kamu nggak boleh nangis, aku nggak kenapa-kenapa kok” kata Nathan.
“Mah, Pah. Maafin Nathan selama ini Nathan sering ngrepotin mama sama papa” kata Nathan ke Orang tua nya. Orang tua Nathan menangis dan terus menangis
“Sam gue juga minta maaf sama lu” kata Nathan ke Samuel. Samuel tidak menjawab dan berusaha menahan tangis
“Stella, aku minta maaf ya, sebenernya aku masih sayang sama kamu” kata Nathan ke Stella dengan tersenyum.
“Aku juga” jawab Stella sambil menangis
                Perlahan-lahan mata Nathan terpenjam sampai akhirnya dia memejamkan mata untuk selamanya. Seisi ruangan sangat terpukul mengetahui Nathan sudah tiada. Stella tidak berhenti-berhentinya menangis.
“Kenapa kamu ninggalin aku!” kata Stella kepada Nathan sambil menangis dengan derasnya.
“Udah Stel” Samuel mencoba menenangkan Stella.
                Keesokan harinya upacara pemakaman Nathan. Stella masih terlihat sangat terpukul melihat laki-laki yang ia cintai pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
“Stella, kemarin Nathan titip ini buat lu” kata Samuel
Stella membuka surat yang diberikan Nathan untuk dirinya. Ternyata isi surat itu adalah
“ AKU TUNGGU KAMU DI KEABADIAN STELLA :) ”
Tangisan Stella semakin menjadi-jadi dan akhirnya Stella mencoba mengikhlaskan kepergian Nathan.
---TAMAT---

Posting Komentar

 
Top